Minggu, 09 Oktober 2016

Di Antara Dua Serigala



Sadarkah kita sebagai manusia, bahwa di dalam diri kita ada dua jenis serigala yang tiap saat kita beri makan padanya. Dua serigala itu bagai langit dan bumi yang tak pernah terpisahkan disamping bertolak belakang. Serigala itu terus melekat dalam diri kita. Pada bagian kanan ada seekor serigala yang memiliki sifat bak malaikat penolong. Di sisi kiri ada pula seekor serigala yang serupa dengan sifat dasar iblis. Tiap detik, menit, hari, bulan dan tahun yang bergulir, ia semakin tumbuh dan berkembang. Bertambah besar untuk dapat menguasai diri kita. Tak ayal bahwa diri kita lah yang memelihara dua serigala itu dan bertanggung jawab untuk menjaga asupan makan nya. Sebuah analogi yang sederhana. Dua serigala yang tidak akan pernah bersatu, mereka terus bertarung untuk memenangkan kekuasaan dalam diri manusia.
Peace, love, happy, power and pure versus ego, arrogant, anger, attachment, and lust. Seberapa sering diri kita memanjakan ‘serigala jahat’ dengan terus memberinya makanan kesukaan; dengan sifat egois, sombong, kemarahan, nafsu dan menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan fisik dan material semata? Dan seberapa perhatiannya diri kita dalam memelihara ‘serigala baik’ untuk terus tumbuh menuju kesempurnaan; dengan kedamaian, cinta, kebahagiaan, kekuatan, dan keikhlasan? Dan jawabannya adalah bergantung pada diri kita masing-masing. Tanpa kita sadari ketika kita berlaku egois terhadap orang lain di sekitar kita, ketika kita memuaskan nafsu dan amarah, ketika kita bersikap angkuh dan congkak pada semesta, ketika kita hanya menuntut pemenuhan material dunia, denagn sendirinya kita telah memberi banyak makanan pada serigala jahat sehingga mereka dapat berpesta merayakan kemenangannya dalam diri kita. Begitupun sebaliknya. Pada dasarnya dalam diri tiap manusia, telah ada sifat dasar alamiah layaknya serigala baik. Itulah yang dinamakan the power of giving, semangat untuk memberi atas cinta, kedamaian, kebahagiaan, kekuatan dan keikhlasan. Sifat bawaan ini akan tertutupi apabila kita tidak mencoba untuk kembali pada fitrahnya. Apabila kita  tertipu dengan indahnya (nyamannya) bentuk wujud serigala jahat yang sejatinya mengelabui diri kita. Inilah perbedaan antara spirit of giving dan spirit of getting. Terkadang kita sebagai manusia lupa untuk terus how to give dan selalu ingat untuk how to get. Itulah sebabnya mengapa banyak manusia yang ‘melulu’ hanya menuntut hak bagi dirinya dan tidak bersegera untuk menunaikan kewajibannya; terhadap Tuhan, orang lain dan dirinya sendiri.