Sadarkah kita sebagai manusia, bahwa di dalam
diri kita ada dua jenis serigala yang tiap saat kita beri makan padanya. Dua
serigala itu bagai langit dan bumi yang tak pernah terpisahkan disamping
bertolak belakang. Serigala itu terus melekat dalam diri kita. Pada bagian
kanan ada seekor serigala yang memiliki sifat bak malaikat penolong. Di sisi
kiri ada pula seekor serigala yang serupa dengan sifat dasar iblis. Tiap detik,
menit, hari, bulan dan tahun yang bergulir, ia semakin tumbuh dan berkembang.
Bertambah besar untuk dapat menguasai diri kita. Tak ayal bahwa diri kita lah
yang memelihara dua serigala itu dan bertanggung jawab untuk menjaga asupan
makan nya. Sebuah analogi yang sederhana. Dua serigala yang tidak akan pernah
bersatu, mereka terus bertarung untuk memenangkan kekuasaan dalam diri manusia.
Peace, love, happy, power and pure versus ego,
arrogant, anger, attachment, and lust. Seberapa sering diri kita memanjakan ‘serigala
jahat’ dengan terus memberinya makanan kesukaan; dengan sifat egois, sombong,
kemarahan, nafsu dan menghalalkan segala cara demi memenuhi kebutuhan fisik dan
material semata? Dan seberapa perhatiannya diri kita dalam memelihara ‘serigala
baik’ untuk terus tumbuh menuju kesempurnaan; dengan kedamaian, cinta,
kebahagiaan, kekuatan, dan keikhlasan? Dan jawabannya adalah bergantung pada
diri kita masing-masing. Tanpa kita sadari ketika kita berlaku egois terhadap
orang lain di sekitar kita, ketika kita memuaskan nafsu dan amarah, ketika kita
bersikap angkuh dan congkak pada semesta, ketika kita hanya menuntut pemenuhan
material dunia, denagn sendirinya kita telah memberi banyak makanan pada
serigala jahat sehingga mereka dapat berpesta merayakan kemenangannya dalam
diri kita. Begitupun sebaliknya. Pada dasarnya dalam diri tiap manusia, telah
ada sifat dasar alamiah layaknya serigala baik. Itulah yang dinamakan the
power of giving, semangat untuk memberi atas cinta, kedamaian, kebahagiaan,
kekuatan dan keikhlasan. Sifat bawaan ini akan tertutupi apabila kita tidak
mencoba untuk kembali pada fitrahnya. Apabila kita tertipu dengan indahnya (nyamannya) bentuk
wujud serigala jahat yang sejatinya mengelabui diri kita. Inilah perbedaan
antara spirit of giving dan spirit of getting. Terkadang kita
sebagai manusia lupa untuk terus how to give dan selalu ingat untuk how
to get. Itulah sebabnya mengapa banyak manusia yang ‘melulu’ hanya menuntut
hak bagi dirinya dan tidak bersegera untuk menunaikan kewajibannya; terhadap
Tuhan, orang lain dan dirinya sendiri.